Welcome


widget

Rabu, 15 April 2015

Wahai Istriku Berhentilah Mengeluh



Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan.

Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?”

“Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. “Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari. Rasanya, aku tidak sanggup lagi untuk melakukan semua ini.”

Sang suami tersenyum. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya.

“Tolong carikan aku budak perempuan yang dapat membantuku mengurus semuanya.”

“Tentu saja, aku akan mencarikannya. Tapi, tolong dengarkan aku sebentar saja,” kata sang suami sambil membelai istrinya dengan penuh kasih sayang.

“Allah senantiasa membantu hamba-Nya yang tidak pernah berputus asa dan ikhlas dalam mengerjakan apa pun yang mengandung kebaikan. Kau adalah seorang istri yang sangat sabar dalam menjaga keluargamu, seorang ibu yang menjadi teladan bagi ketujuh anakmu, dan menjadi pendampingku yang salihah dengan beratnya tugas-tugasmu. Aku bisa saja mencarikan seorang Pembantu untuk meringankan pekerjaanmu. Namun, jika kau tetap mengerjakan semua kebaikan itu untuk keluarga kita maka Allah akan menghapus semua salah dan dosamu.” Ujar suaminya.

Sang suami kemudian berkata lagi, “Istriku yang salihah, perempuan yang tidak pernah lelah menjaga keluarganya dan ikhlas dengan apa yang dilakukannya, Allah akan menetapkan setiap butiran keringatnya menjadi kebaikan yang dapat melebur keburukannya sekaligus mengangkat derajatnya.”

Sang Suami membelai Istrinya yang masih terisak menahan malu, lalu diajaknya duduk santai di ruang dapur mungil yang sangat sederhana itu, lalu Sang Suami melanjutkan nasehatnya,

“ coba ingat kembali Wasiat Rosulullah SAW kepada Fatimah putri Beliau, yang dipersunting Ali Bin Abi Thalib yang sangat miskin, yang ketika itu juga sedang mengeluh kepada Ayahnya Rosulullah SAW karena tangannya yang dulunya halus kini berubah menjadi kasar dan lecet-lecet karena setiap hari harus menumbuk gandum sendiri, mengolah dan memasaknya. Ada 10 WASIAT Beliau kepada Putrinya :

1. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

2. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.
 
3. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4. Wahai Fatimah ! Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangga-tetangganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Wahai Fatimah ! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, Kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6. Wahai Fatimah ! Disaat seorang wanita hamil, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, danAllah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelakan. Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para Pejuang Allah. Disaat seorang wanita melahirkan kandungannya, makabersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya dihari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allahpun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.

8. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.

Istrinya pun menangis karena merasa malu. Sejak itu, dia tak pernah lagi mengeluh.
Subhaanallah, wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya, khususnya bagi setiap istri yang mendambakan kesalehan.

Betapa Agung dan Mulianya Posisi Wanita dalam rumah tangga ketia ia rela dan ikhlas menjalani Fitrahnya sebagai seorang Istri. (akhwatmuslimah)

Rabu, 07 Januari 2015

Tips Menyelesaikan Skripsi untuk Mahasiswa Penakut

 

 

 

 

4 Tips Menyelesaikan Skripsi untuk Mahasiswa Penakut

Bermacam masalah biasanya mewarnai perjalanan mahasiswa dalam perjuangannya pada fase akhir studi yang digeluti. Masalah dalam penyelesaian skripsi bisa datang dari banyak aspek, biasanya dari penentuan rumusan masalah, kelengkapan literatur, sampai dengan dosen yang mengawasi mahasiswa dalam pengerjaan skripsi yang biasa kita kenal sebagai dosen pembimbing.

1) Usahakan noticeable

Kamu bukan mahasiswa terkenal, kutu buku, atau seorang yang introvert? Enggak perlu risau. Yang perlu kamu lakukan cukup menjadi 'noticeable' atau dikenal. Caranya mudah, perkenalkan namamu, jurusan yang kamu ambil dan topik skripsi yang akan kamu angkat. Pastikan pekenalan ini dimulai pada timing yang tepat. Sebelum dosen mulai mengajar, setelah makan siang, atau saat awal bimbingan. Biasanya pembimbing akan lebih memperhatikan skripsi mahasiswa yang dia kenal cukup baik.

2) Jalin Komunikasi

Mintalah nomor kontak lengkap dosen pembimbingmu, dari nomor ponsel, nomor telepon rumah, alamat email hingga alamat rumah dan kantornya. Percaya, deh, pasti kamu akan butuh menghubunginya di luar jam kuliah atau bimbingan.
Dosen pembimbing bisa dikatakan cukup sibuk karena dia tak hanya mengurusi skripsimu. Cari waktu yang tepat untuk ngobrol topik lain, biasanya saat dosen tidak sedang mengajar atau menunggu jam bimbingan.

3) Prinsip "Putus Urat Malu"


Berani bertanya untuk kelengkapan data skripsimu, semisal literatur rujukan, teknis pengumumpulan data, pemilihan sampel, sampai dengan prosedur penelitian. Jika merasa yakin dengan data atau argumentasimu, kemukakan saja, minta kritik dan sarannya. Catat semua kritik dan sarannya, hal itu berguna saat sidang. Bawakan dosenmu buah atau kudapan saat jam bimbingan, kalaupun tidak dimakan atau bahkan dimarahi, cuek saja.

4) Selesaikan Cepat dan Tepat

Jika kamu bisa mengerjakan skripsimu lebih awal dari yang dijadwal, itu bagus. Kamu akan punya waktu lebih banyak dengan pembimbingmu untuk berdiskusi mengenai kekuranganmu. Akan tetapi lebih baik lagi jika kamu mengerjakannya dengan tepat, baik data maupun teknis penulisan.
Ingat, pekerjaan dosen bukan hanya mengurusi skripsimu, jadi jika kamu bisa menyelesaikan dengan cepat dan tepat itu akan meringankan bebannya. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap sikapnya, bukan hanya padamu, tetapi juga pada skripsimu.
Bagaimana blogger? silakan disharing di sini pengalaman pribadinya tentang tips menyelesaikan skripsi

Senin, 14 Juli 2014

:: Menjadi Orangtua Istimewa ::


Anda ingin menjadi orangtua yang baik? Ingin membesarkan anak yang bahagia, sehat, dan berperilaku baik? Rahasianya adalah menjalin hubungan yang lebih erat dengan si buah hati.

Anak yang memiliki ikatan hubungan sangat erat dengan orangtuanya cenderung tidak di-bully; kalaupun mereka mengalaminya, mereka akan lebih tahan menghadapinya. Anak-anak itu akan lebih mampu mengatasi tantangan serta memiliki rasa percaya diri yang lebih besar.

Tanpa jalinan hubungan yang erat dengan orangtua, hasrat alami kita untuk menjalin kedekatan akan berjalan horizontal. Anak akan menjalin hubungan itu dengan orang-orang dari tempat lain bila tidak mendapatkannya dari orangtua atau anggota keluarga. Dan ketika lingkungan yang mengelilingi si anak memiliki pengaruh negatif, ini berpotensi menciptakan keterasingan. Anda harus tetap berkomunikasi dengan anak-anak. Berikut beberapa saran sederhana yang bisa membantu memperkuat ikatan dengan anak-anak dan bagaimana membuahkan pesan positif untuk masa depan mereka.





Kuantitas & Kualitas Waktu Bersama
Prioritaskan waktu bersama si buah hati: luangkan waktu walau hanya 10-15 menit setiap hari. Dalam suatu hubungan, tidak ada kualitas tanpa kuantitas. Waktu yang berkualitas itu mitos belaka. Anda tidak bisa mengharapkan hubungan yang baik dengan anak jika Anda menghabiskan seluruh waktu di tempat kerja dan mereka menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Jadi, sesulit apapun dengan tekanan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, jika memang ingin memiliki hubungan yang lebih baik dengan anak-anak, kita harus meluangkan waktu untuk mewujudkannya. Awali dengan pertanyaan sederhana seperti, “Ada cerita apa hari ini?” Memberikan kesempatan seperti ini pada mereka setiap hari juga akan membuat mereka terbuka pada Anda dan secara tidak langsung membuat mereka merasa berarti.

Masuki Dunia Mereka
Sejak bayi hingga usia sekitar 8 tahun, anak-anak menghabiskan banyak waktu mereka di lantai. Jika kita ingin memasuki dunia mereka, kita juga harus berada pada level yang sama. Jadi, jika anak Anda bermain di lantai, Anda juga harus di lantai. Bermain boneka, membangun benteng dari balok, lakukan permainan apapun yang disukai Si Kecil. Singkirkan perasaan kalau Anda bertingkah konyol; keluarlah dari kungkungan rasa malu itu dan temui anak Anda. Jika usia anak Anda sudah lebih besar, Anda bisa ikut menonton acara TV atau film yang mereka sukai. Jelaskan padanya kalau Anda ingin kongkow bersama. Bahkan jika Anda bukan penggemar Spongebob Squarepants sekalipun, tanyakan tentang tokoh-tokoh itu dan ceritanya untuk memulai percakapan dengannya. Tunjukkan pada mereka kemampuan untuk berempati sebagai manusia. Dengan menempatkan diri pada posisi mereka dan melihat dunia dari mata mereka, Anda akan memberikan contoh sempurna bagi mereka untuk bisa memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, yang penting bagi perkembangannya untuk menjadi individu yang berwawasan terbuka.


Mau Mendengar
Alih-alih langsung marah ketika anak Anda bertengkar dengan saudaranya, cobalah menyimak cerita kedua pihak dan dengar alasan sikap mereka. Salah satu contoh pernyataan yang baik: “Ibu mengerti kenapa kamu marah pada kakakmu, tapi Ibu senang kalian bisa membicarakannya baik-baik, tidak langsung teriak-teriak atau memukul.” Pernyataan itu berarti Anda mengakui perasaan si anak, memberikan imbalan atas pilihan mereka. Mengizinkan Si Kecil menyatakan pendapat dan menunjukkan kalau Anda mengerti alasannya, bahkan bila Anda mungkin tidak setuju, akan mengajarkan padanya untuk memiliki sikap serupa. Respek terhadap diri sendiri maupun orang lain hanya mungkin terwujud ketika semua itu dilakukan secara setara. Karena itu, jika ingin anak Anda menghargai Anda, berarti Anda juga harus menunjukkan respek yang sama.

Komunikasi yang Baik
Wajar bila anak mendambakan konsistensi dan kebiasaan. Namun, seperti kita ketahui, perjalanan hidup membawa banyak perubahan, baik yang sudah diperkirakan atau tidak, sehingga kita tidak bisa mengontrolnya. Untuk membantu mempersiapkan anak menghadapi banyak perubahan dalam hidup, kita harus memulai dengan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

Komunikasi adalah kunci dalam hubungan apapun dan tanpa komunikasi hubungan takkan tercipta. Kemampuan berkomunikasi dengan anak bisa membantu menghilangkan kesalahpahaman dan asumsi. Anak-anak memerlukan banyak waktu untuk memproses perubahan dan kejadian mendatang yang tidak ia ketahui. Jadi, bila memungkinkan, usahakan untuk mengomunikasikan semua rencana baru yang mungkin memengaruhi mereka beberapa minggu sebelum waktunya tiba. Misalnya, jika ingin mengajak buah hati Anda mengikuti summer camp, pastikan Anda melibatkannya jauh-jauh hari dan beri kesempatan pada mereka untuk bertanya sebanyak mungkin semau mereka sebelum mengambil keputusan apapun.

Tunjukkan Dukungan
Jadilah panutan yang positif. Jika Anda terlalu keras pada diri sendiri, pesimis atau tidak realistis terhadap kemampuan dan keterbatasan, mungkin anak pada akhirnya akan meniru. Pupuklah rasa percaya diri Anda dengan menunjukkan kebaikan pada diri sendiri dan anak Anda, dan mereka akan memiliki panutan yang hebat. Rasa menghargai diri sendiri berfungsi baik perisai bagi anak dalam menghadapi berbagai tantangan di dunia. Anak yang menunjukkan kekuatan dan kelemahan mereka dan merasa nyaman terhadap diri sendiri tampaknya lebih mudah menangani konflik dan menahan tekanan negatif. Jangan lupa memuji anak; bukan hanya karena mereka berhasil melakukan sesuatu, tetapi karena usaha yang sudah ia tunjukkan. Misalnya, jika anak Anda gagal masuk tim sepakbola, cobalah sampaikan “Yah, kamu memang gagal masuk tim, tapi Ibu bangga sekali karena kamu sudah berusaha keras.” Mereka akan mengerti bahwa meski mereka memiliki kelemahan, semua itu tetap tidak menghilangkan atau mengurangi harga diri mereka sebagai manusia.




Sekedar mengatakan sayang pada anak-anak saja tidaklah cukup. Kita perlu menunjukkannya dalam setiap perbuatan setiap hari agar mereka merasakannya. Jadikan hubungan dengan anak sebagai prioritas pertama. Karenanya, jangan sepelekan waktu dan kesempatan yang kita miliki untuk sebisa mungkin bersama anak agar mereka merasakan pertalian itu dengan kita dan dalam perkembangan mereka ke depan, pengalaman masa kecil itu akan terbawa ke masa dewasa.

Kamis, 03 Juli 2014

Cerita Inspirasi Suami Istri Yang Mengharukan - Bersiap Meneteskan Air Mata




Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga. Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka, tetapi segalanya sudah terlambat.

 Membawa nenek utk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati ikrar cinta yg telah kami buat selama ini, setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama.

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah.

Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya.
Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya dgn sinar matahari, tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata : “Mari,kita jemput nenek di kampung”.

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan. Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami : “Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?” Aku menjelaskannya kepada nenek : “Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira. “Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa : “Ibu, ini kebiasaan orang kota, lambat laun ibu akan terbiasa juga.”

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Setiap membawa pulang barang belanjaan, dia selalu tanya itu berapa harganya, ini berapa. Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras. Suamiku memencet hidungku sambil berkata : “Putriku, kan kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang sebenarnya.” Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya ; dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual katanya. Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur. Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil membanting pintu dan menangis. Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku menjadi kecewa dan marah. “Apa salahku?” Dia melotot sambil berkata : “Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan pring itu bisa membuatmu mati?”

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, suasana mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya,suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri?

Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata : “Lu di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?

” sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku. Dan dia akhirnya berkata : “Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi. “Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg serba canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar semua. Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yg tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!

Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh……suamiku segera mengejarnya keluar rumah.

Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan.

 Akhirnya teman sekerjaku berkata : “Lu Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter. “Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?





Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku.

 Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi…..mimpiku tidak menjadi kenyataan.

Didalam taksi air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?
Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis dengan sedihnya.

 Tengah malam, aku mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yg sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya. Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yg melihatku dengan wajah bingung. “Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku terbuka lebar.

 Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam hati : “Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?”

Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian. Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung.

Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu,jika kami tidak bertengkar, jika…………dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini.

 Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat lambat. Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah café, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya.

Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku.

Suara detak jangtungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian. Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak…mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.

Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi………, semua berlalu begitu saja.
 
Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.

Suatu hari pulang kerja, aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu. 2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya : “Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya”. Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku.

Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar. Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya. “Lu di, kamu hamil?





” Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir keluar dengan derasnya. Aku menjawab : “Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi”. Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badanya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku. Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali.

Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata : “Maafkan aku, maafkan aku”. Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.

Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali. Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa…….., itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?


Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tanganya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya………aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara…………Sebuah surat yg sangat panjang ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami. “Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.

“Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan adalah orang yg paling ayah cintai”.

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak TK, SD, SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku. “Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih atas cintamu padaku selama ini.

Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannyapada anak kita. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya”.

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata : “Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya”. Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum…………..anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tanganya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata………………..

Teman-teman terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini. Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini :

“Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati diantara kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan : Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan sebelum kita menyesalinya seumur hidup.

Selasa, 01 Juli 2014

JANGAN MENANGIS SETELAH MEMBACA STATUS INI

Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek adalah inbox.
Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua…..dia membukanya.
Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu.

Diapun mulai membaca isinya:

“Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.

Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah !





Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak, Bapak, Bapak. Bapak Bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa me-manggil2 Bapak, sudah bisa me-manggil2 Ibunya”.

Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat.walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.

Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat kamu selalu bercerita dengan Bapak ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam perjalanan.

Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.

Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.

Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya HP? Diam2 waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan2mu sudah memiliki.

Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.

Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu2 kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu2 saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.

Ketika mulai kuliah di luar kotapun sikap kamu sama saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang liburanpun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu.

Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan2mu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?

Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.

Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu.

Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60 an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi.

Bapak tidak minta banyak…

Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak.Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu.

Andaipun kamu sudah tidak punya waktu samasekali berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Alloh.
Jangan letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Alloh.
Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali2 mengabaikan Allah.

Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. ”

Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira...................
Bagaimana tidak ?
Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya...

 Insya Allah Bermanfaat

Kamis, 19 Juni 2014

istikharah cinta

share istikharah cinta part 1 in you tube,,best editing by my self :-[ hahaha
klik on http://www.youtube.com/watch?v=FzUI1jcDia8 for watch
thanks




Menulis Dairy Dapat Membuat Langsing


Jika tubuh langsing menjadi resolusi tahun ini, mulailah menulis buku harian. 
Lho kok bisa begitu? Sebab, buku harian diyakini sebagai trik ampuh membakar kalori tanpa perlu menghabiskan waktu berolahraga. Demikian yang dicatat Cosmopolitan, Selasa (10/1/2012).

Berdasarkan studi yang dilakukan Stanford University dan Canada’s Renison University College, wanita yang menulis buku harian cenderung lebih cepat membakar kalori dari yang tidak. Dalam studi tersebut, responden diminta menuliskan selama 15 menit apa saja hal terpenting dalam hidup mereka, seperti keluarga, hubungan, dan musik. Sementara responden yang lain diminta menuliskan alasan mereka tak memerdulikan apa yang menurut orang lain penting.

Setelah ditemui dalam empat bulan setelahnya, wanita yang menuliskan apa yang penting dalam hidupnya berhasil menurunkan berat badan rata-rata 1,5 kilogram. Sementara wanita yang menuliskan alasan tak memerdulikan apa yang penting, rata-rata lebih gemuk 1,2 kilogram.

Mengapa? 

Peneliti menjelaskan, bahwa wanita cenderung nyaman terhadap diri sendiri saat memiliki waktu untuk menuliskan apa yang dianggap bernilai dalam hidupnya. Hasilnya, mereka tak lantas mengonsumsi makanan berlemak demi meningkatkan mood.